Palangkaraya Mantan Calon Ibukota Indonesia

bandar udara tjilik riwut palangkarayaTanggal 9 Juni 2014 merupakan hari perdana saya menginjakkan kaki di bumi Kalimantan. Salah satu pulau terbesar di Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati dan hutannya yang lebat. Saya beruntung karena kota yang pertama kali saya datangi di Kalimantan adalah Palangkaraya, ibukota Kalimantan Tengah.

Dulu jaman pemerintahan Presiden pertama RI, Ir.Soekarno, Palangkaraya sempat dijadikan calon ibukota republik ini. Mengapa? Selain karena daerah yang paling stabil, tidak ada gempa bumi karena tidak dilalui sabuk gunung berapi juga karena posisinya yang berada di tengah-tengah bumi Indonesia. Kota ini mampu menjangkau seluruh kawasan negeri dari Sabang hingga Merauke dengan jarak terdekat.

Saya mendarat di  Bandar Udara Tjilik Riwut Palangkaraya tepat pukul setengah dua siang, setelah melalui penerbangan selama 2 jam dari Jakarta. Kemudian lanjut dengan kendaraan sewaan menuju hotel tempat saya menginap. Tidak banyak angkutan umum yang beroperasi di kota ini, jika ingin berkeliling saya menyarankan untuk menyewa mobil. Harganya juga cukup terjangkau, mulai dari 450.000 (empat ratus lima puluh ribu rupiah) untuk kendaraan jenis Avanza atau Xenia.

Jika anda membandingkan Palangkaraya tentu jauh dengan Jakarta, walaupun judulnya ibukota provinsi tetapi kota nya sangat sepi. Tidak ada kemacetan yang terjadi, dan saya pastikan bahwa dalam satu hari berkeliling kota, maka Anda akan hapal tempat ini. Seperti umumnya kota-kota besar di Kalimantan, Palangkaraya juga dilalui oleh sungai besar yaitu Sungai Kahayan yang menjadi salah satu urat nadi perekonomian. Dan dapat dipastikan, jika bicara masalah kuliner, favoritnya adalah menu yang berhubungan dengan ikan.

menu lengkap resto kampung lauk palangkaraya

Menu lengkap Restoran Kampung Lauk Palangkaraya

Jika teman-teman hendak mencicipi beberapa menu ikan yang ada di sini, maka saya sarankan untuk berkunjung ke Restoran Kampung Lauk. Letaknya diseberang Sungai Kahayan jika dari Kota Palangkaraya, posisinya setelah melewati jembatan utama Kahayan. Rumah makannya hanya sederhana, namun menu ikannya cukup lezat. Cobalah untuk mencicipi menu ikan Lais, Jelawat dan Baung, jenis ikan asli yang memang banyak dihasilkan disini. Sementara untuk oleh-olehnya, tidak banyak yang khas yang bisa diperoleh disini, rata-rata merupakan makanan dari Banjar (Banjarmasin).  Makanya saya lebih suka membawa teh celup cap Gunung Satria sebagai oleh-oleh karena rasa dan aromanya yang nikmat.

pose di depan resto kampung lauk

Pose dulu di depan Restoran Kampung Lauk Palangkaraya

You can leave a response, or trackback from your own site.

Leave a Reply