Satu hal yang menarik dari orang Hongkong adalah ketertibannya, ciri khas warga negara maju pada umumnya. Hanya saja yang saya amati adalah kecepatan berjalan orang Hongkong masih kurang cepat dibandingkan orang Singapura ataupun Korea, walaupun tetap lebih cepat dari orang kita. Selain itu jika di Singapura kita memberikan jalur sebelah kanan untuk orang yang berjalan mendahului, di Hongkong kita memberikan lajur sebelah kiri.
Kembali ke lanjutan perjalanan setelah seharian berada di Hongkong (Hongkong Selayang Pandang bag-1), malamnya saya berkesempatan untuk melihat A Symphony of Light. Suatu paduan tata cahaya menakjubkan dari gedung-gedung di seberang Avenue of The Stars. Setiap jam 8 malam pertunjukan itu digelar, oleh sebab itu masuk ke Buku Rekor Guinness sebagai “Pertunjukan Cahaya dan Suara Permanen Terbesar”. Hari itu walaupun hujan rintik-rintik, pertunjukan tetap dilakukan. Hampir setengah jam kita disuguhi oleh tarian cahaya dari gedung-gedung pencakar langit diseberang Pelabuhan Victoria berpadu dengan alunan musik, suatu pemandangan yang luar biasa berkesan.
Selesai itu saya menyusuri Avenue of The Stars dimana ada patung Sang Legenda Bruce Lee berada. Kawasan ini dibuat untuk menghargai insan industri perfilman Hongkong layaknya Walk of Fame di Holywood dimana terdapat tapak tangan beberapa artis terkenal Hongkong. Lalu menyusuri jalan menuju Clock Tower yaitu menara setinggi 51 m yang juga merupakan salah satu landmark kota. Kebetulan saat itu dalam rangka menyambut Valentine sehingga banyak dibuat dekorasi bertema kasih sayang di taman sekitarnya. Setelah cukup lelah berkeliling, akhirnya perjalanan saya berakhir di kamar hotel, isi tenaga untuk lanjut perjalanan ke Macau esok harinya.
Kembali dari Macau sudah pukul 19.00, wisata malam hari itu saya lanjutkan ke Ladies Market. Dari Pelabuhan Ferry Hongkong-Macau hany cukup naik MTR menuju Stasiun Mongkok. Ladies Market terletak di Tung Choi Street, Kowloon, street market ini mirip dengan Petaling Street di Malaysia. Mencari souvenir untuk oleh-oleh disinilah tempatnya dengan catatan kita harus pandai menawar bahkan hingga 70-80% dari harga aslinya. Bagi yang doyan berbelanja dan jago menawar, disinilah skill akan teruji 🙂
Hari terakhir di Hongkong, ada dua agenda lagi yang saya harus selesaikan, yaitu mengunjungi Taman Victoria dan mencoba moda transportasi yang cukup terkenal disini yaitu Tram. Pukul 7 pagi saya sudah bergegas menuju MTR ke Stasiun Admiralty, kemudian berjalan keluar menuju halte tram di stasiun tersebut. Haltenya sangat sederhana, mirip halte bis hanya lebih sempit dan memanjang. Saat itu saya berencana untuk menaiki tram jalur hijau ke arah North Point Terminus, karena jalur tersebut akan melewati halte Victoria Park.
Tibalah saat kedatangan tram berwarna hijau dan saya segera masuk melalui pintu belakang. Berbeda dengan bis, untuk tram kita harus masuk melalui pintu belakang dan keluar melalui pintu depan. Tram ini berbentuk seperti bis tingkat (dua lantai). Saya memilih untuk naik ke lantai atas untuk mendapatkan pemandangan sekitar dengan jelas. Jalur tram ada dua (datang dan pergi) saling bersebelahan, trayeknya dibedakan dengan warna berdasarkan jarak dan terminal akhir. Sama seperti bis pada umumnya, tram ini juga berhenti jika ada lampu merah, namun lebih didahulukan daripada kendaraan pribadi.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, turunlah saya di Halte 57 E, Victoria Park. Diseberang halte sudah terlihat taman tersebut yang sering disebut-sebut sebagai tempat ngumpulnya para TKI. Tamannya sangat luas, kurang lebih 19 Ha dengan berbagai fasilitas yang mumpuni. Ketika saya memasukinya terdapat banyak kumpulan-kumpulan orang yang melakukan senam ataupun olahraga pernapasan. Tampaknya taman ini dimanfaatkan benar oleh warga sekitar untuk melakukan aktifitas olahraga. Mungkin karena hari kerja, maka yang kelihatan sebagian besar hanya orang-orang tua saja yang beraktifitas.
Saya cukup senang dengan perjalanan kali ini, karena tempat-tempat yang dituju cukup lengkap. Kombinasi antara tempat bersejarah, edukasi, landmark kota dan suasana alamnya. Hongkong memang kota yang komplit, disamping surga belanja juga menawarkan suasana kota yang menawan. Kalau kita mau berandai-andai, Jakarta pun kelak harus seperti ini. Tertata rapi, tertib, aman dan indah, mampu memanjakan warganya dengan berbagai fasilitas yang mendukung serta nyaman bagi para wisatawan. See ya in my next trip 🙂
hino..sendirian kesana? nice trip…^o^
Ya you know lah San, hehehe..