Awal Februari 2014 kemarin, saya berkesempatan mengunjungi Hongkong. Kota tempat tinggal legenda bela diri ternama, Bruce Lee ini memang sangat tertata rapi. Layaknya kota besar lainnya di dunia, Hongkong sangat mengandalkan moda transportasinya yang terintegrasi. Bis, MRT atau disini dikenal MTR, taksi dan tram . Ketika saya tiba malam hari di Hongkong International Airport, saya mencoba naik bis alih-alih menggunakan kereta cepat untuk menuju hotel. Dengan biaya sekitar HKD 33, satu jam kemudian sampailah saya di hotel di daerah Tsim Tsa Tsui (TST).
Esok pagi nya, mulai lah saya berpetualang di kota indah ini. Kunjungan pertama adalah Disneyland tentunya. Negeri mimpi nya anak-anak ini memang jadi salah satu daya tarik Hongkong. Hanya dengan menaiki MTR kurang lebih 45 menit sampailah saya di Stasiun Sunny Bay. Kemudian ganti kereta menuju Disneyland, yang unik adalah kereta menuju kesana jendela-jendelannya berbentuk kepala Mickey dan didalamnya dihiasi dengan tokoh-tokoh kartun Disney. Pengunjung pun dimanjakan dengan nuansa seperti negeri dongeng.
Setelah menyambangi Disneyland, saya segera menuju Desa Ngong Ping yang masih terletak di Pulau yang sama dengan Disneyland yaitu Pulau Lantau. Perjalanan dengan MTR mengarah ke Tung Chung, disambung dengan bis no. 23 hingga mencapai Desa Ngong Ping. Selain bis, bagi pengunjung yang ingin menikmati indahnya Pulau Lantau dari ketinggian, dapat menggunakan kereta gantung. Sayangnya saat itu cuaca sedang dingin-dinginnya, sekitar 8°C dan kabut tebal turun, sehingga pemandangan sekitar tertutup.
Setelah satu jam perjalanan, tibalah saya di gerbang menuju kuil atau Biara Po Lin, disinilah Patung Tian Tan Budha berada. Patung Budha setinggi 34 m ini di klaim sebagai Patung Budha terbesar di dunia yang terbuat dari perunggu. Untuk menuju kesana kita perlu melewati gerbang yang kanan-kirinya dihiasi patung-patung jenderal jaman Kerajaan Cina dahulu. Setelah itu kita juga perlu ngos-ngosan menaiki anak tangga sekitar 268 buah untuk mencapainya. Di dalam kompleks patung tersebut juga terdapat patung-patung lainnya sesuai dengan kepercayaan agama Budha.
Setelah selesai berfoto dan berdingin-dingin ria, saya pun bergegas kembali ke Tung Chung untuk menuju Tsang Tai Uk, sebuah kompleks perumahan dimana masih terdapat bangunan tua ciri khas masyarakat Hongkong dahulu. Untuk mengarah kesini, hanya perlu naik MTR ke Stasiun Sha Tin Wai. Komplek itu memang hanya berupa bangunan tua diantara gedung-gedung tinggi, namun masih tertata dengan apik. Tampak perpaduan yang menarik antara bangunan modern yang menjulang dan bangunan tradisional yang datar.
Sebelum malam tiba, saya bergegas menuju Hongkong Museum of History yang letaknya tidak jauh dari Stasiun East TST. Museum itu bersebelahan dengan Museum Iptek atau Science Museum of Hongkong. Rasanya kurang lengkap memang jika mengunjungi kota ini tanpa mengetahui lebih jauh sejarahnya. Satu hal yang harus kita pelajari mengenai pengelolaan museum disini adalah segalanya dilakukan dengan profesional. Pengunjung diajak melihat Hongkong dari masa ke masa, mulai dari jaman pembentukan daratannya, sejarah kotanya, budayanya, flora dan faunanya, semuanya dikemas menarik, tidak hanya melalui penampakan foto tapi juga tiga dimensi, film dan animasi. Makanya tidak heran kalau pengunjungnya juga selalu penuh baik tua maupun muda. Hari itu saya beruntung karena tidak dipungut biaya masuk, usut punya usut ternyata setiap Rabu, museum dibuka gratis untuk umum.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 17.30, sebelum museum ditutup saya segera keluar menuju destinasi selanjutnya. Hari ini saya memang berencana untuk melihat suasana keramaian malam hari di Hongkong, oleh sebab itu ikuti perjalanan saya selanjutnya ke Macau dan Hongkong bagian 2.
lha itu fotonya kok di gerbang disneyland nya saja hino..btw masuk kedalamnya gak? padahal ku sudah semangat untuk melihat pemandangan di dalam disneyland Hongkong…
Mau lihat pemandangan didalemnya lo kudu dateng sendiri San, nikmati sensasinya :p