Oksibil The Hidden Place of Papua

oksibil the hidden place of papuaIni kali kedua saya mengunjungi The Amazing Papua, propinsi paling timur Indonesia. Dengan menggunakan pesawat Lion Air, saya tiba di Jayapura pukul 6 pagi setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 5,5 jam dari Jakarta. Bandar udara Sentani masih tertutup kabut pagi itu. Tak berapa lama usai sarapan pagi, saya pun bertolak ke Jayapura untuk mencari penginapan. Perjalanan dari Sentani ke Jayapura ditempuh selama 1 jam dengan kendaraan dan kira-kira pukul 10, saya pun checkin di Hotel Triton.

Kunjungan saya kali ini adalah untuk membantu tim survei perbatasan Indonesia – Papua Nugini untuk melakukan pengukuran ulang perbatasan kedua Negara. Kebetulan titik yang diukur dekat dengan sebuah ibukota Kabupaten yaitu Oksibil. Daerah ini dulunya dibilang daerah merah atau daerah yang masih dikuasai oleh OPM (Organisasi Papua Merdeka). Namun saat ini situasinya sudah kondusif dan aman.

Oksibil berada di utara Jayapura, kurang lebih sekitar 1 jam ditempuh dengan perjalanan udara. Hanya ada 3 maskapai yang melakukan penerbangan ke Oksibil. Dua maskapai dengan pesawat berbadan besar, yaitu Trigana dan Pelita air sedangkan satunya maskapai pesawat perintis yaitu AMA.  Jadwal penerbangan ke Oksibil ada setiap hari, biasanya dimulai pukul 06.30, namun sangat bergantung dengan kondisi cuaca. Harga tiket Trigana sebesar 1,255jt, dengan kapasitas penumpang sekitar 30 orang.

berpose di bandara oksibil

Berpose bersama tim di Bandara Oksibil, Papua

Kira-kira pukul 11.00 saya mendarat di lapangan terbang Oksibil. Cuaca saat itu berawan dan sedikit hujan, hawa dingin pun segera menyergap, maklum daerah ini berada di  perbukitan. Oksibil dikelilingi oleh bukit-bukit hijau khas Papua, makanya tak heran jika pesawat besar harus memutar dulu untuk menghindari bukit-bukit yang menjulang tinggi.

oksibil from the top

Oksibil from the top

Oksibil merupakan ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang dengan jumlah penduduk mendekati angka 1.500 jiwa. Sebagian besar penduduknya hidup dengan mengandalkan hasil bumi, namun jangan ditanya soal harga-harga kebutuhan pokok disini, bisa 5x lipat harga standar. Sebagai contoh harga seikat sayuran yang biasanya seribu rupiah dijual 5rb, kol utuh 20rb rupiah, aqua 600ml 20rb rupiah, beras 10kg 320rb rupiah sampai harga minyak tanah per liter 40rb rupiah. Selain karena barang-barang tersebut masih harus didatangkan dari Jayapura dengan ongkos kirim yang lumayan, peredaran uang receh disini juga tidak banyak. Kebanyakan hanya satuan 5 ribu rupiah, sehingga harga-harga pun dibuat kelipatannya.

kota oksibil

Oksibil, Ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua

Air bersih disini juga susah diperoleh, kondisi tanah kapur atau batuan Karst menyebabkan susah membuat sumur, akibatnya penduduk hanya mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan mandi, minum dan cuci. Disamping itu, listrik juga belum seluruhnya terpenuhi. Genset masih diandalkan sebagai sumber listrik dengan keterbatasan waktu penggunaan, biasanya hanya dinyalakan dari pukul 6 sore hingga pukul setengan satu. Namun untuk penerangan jalan telah digunakan panel surya.

rumah adat di oksibil

Rumah adat warga Oksibil

Melihat kondisi tersebut, dapatkah kita bayangkan tinggal lebih lama di daerah ini? Minimnya infrastruktur, rendahnya kesadaran akan kesehatan dan menjulangnya harga-harga membuat kita wajib bersyukur masih bisa menikmati hidup di kota besar. Terlepas dari itu, Oksibil tetaplah daerah yang indah, permata Papua yang tersembunyi diantara hiruk-pikuknya pembangunan daerah tertinggal.

warga oksibil

Warga Oksibil

bersama danyon 321 di oksibil

Bersama Danyon 321 dan tim di Oksibil

acara bakar batu masyarakat papua

Acara Bakar Batu warga sekitar

You can leave a response, or trackback from your own site.

6 Responses to “Oksibil The Hidden Place of Papua”

  1. Galuh Gita Anggraeni says:

    Bagus mas tulisannya.. ^^ dan trimakasih saya bsa liat foto suami saya.. ilham datu..^^ sukses selalu..^^

  2. nina says:

    mas bisa minta informasi ada penginapan kah di oksibil

    • Hino says:

      Di Oksibil kebetulan saya menginap di barak tentara. Kalau penginapan saya juga kurang paham, sepertinya sih tidak ada.

      • leo says:

        mas penghinapan di oksibil , tepatnya pas masnya mau naik ke rumah adat , sebelumnya kan mas lewati kampung Lokasi 3 disitu rumah paling terakhir perumahaan ada penginapan , sy dulu pernah nginap disitu jadi mbknya juga bisa tau ,disana klo pasilitas kamar sederhana ongkosnya saya lom tau soalnya beda maksd sy tergantung perkembangan dan pengunjungnya dan juga soal ongkos bisa langsung nego ,
        trmksh

        • leo says:

          oh yah mas , ku mau ucapkan terimakasih karena sudah buat blog yang bisa membantu sedikit refrensi , dalam arti untuk teringat kembali massa kecil dulu makasih yah mas

Leave a Reply to Hino